Lampung Selatan, 1 September 2025 – Akhir pekan lalu, Kebun Raya ITERA berubah menjadi ruang kreatif yang penuh energi. Lebih dari 50 peserta dari berbagai latar belakang berkumpul dalam Tanah Lado Cinema Camp 2025, sebuah perkemahan edukatif yang menghadirkan pengalaman belajar film dokumenter, diskusi hangat bersama sineas, hingga hiburan musik yang membangun kebersamaan. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian besar Tanah Lado Festival 2025 yang mengusung tema “Daur Baur”.

(Dokumentasi acara Tanah Ldo Festival 2025 di Kebun Raya ITERA)
Festival ini digagas oleh DEKAVILM dan Program Studi Desain Komunikasi Visual ITERA, dengan dukungan pembina Miftahuddin selaku Program Director Tanah Lado Festival 2025 dan PG Wisnu Wijaya, M.Sn.. Tujuannya jelas: memperkuat ekosistem film dokumenter di Lampung dan menjadikan festival ini sebagai ruang berjejaring bagi sineas muda.
Hari Pertama: Edukasi, Diskusi, dan Dokumenter
Hari pertama dibuka secara resmi dengan sambutan dari pimpinan ITERA, Kaprodi DKV, Program Director, dan Ketua Pelaksana. Suasana budaya terasa melalui penampilan musik tradisional IMASENIK, sebelum peserta mengikuti seminar Basic Film Dokumenter bersama sutradara Yuda Kurniawan, pendiri Rekam Films dan pemenang Piala Citra FFI 2018 serta NETPAC Award. Praktik langsung juga dilakukan melalui tugas Scrive, yang melatih peserta menulis skrip dan memulai produksi film pendek.
Malamnya, layar pemutaran menyorot Roda-Roda Nada, kisah Obay, musisi dangdut keliling Jakarta Selatan, yang berjuang mewujudkan mimpi sederhana melalui musik. Semangat persahabatan dan cinta pada musik dangdut menjadi inti cerita yang menggerakkan. Seusai pemutaran, Yuda menegaskan:

(Poster Film Roda-Roda Nada karya Yuda Kurniawan)
“Lewat film ini saya ingin menunjukkan bahwa musik dangdut bukan sekadar hiburan, tapi menyimpan kisah perjuangan, persahabatan, dan harapan.” – Yuda Kurniawan, Sutradara & Produser
Diskusi hangat berikutnya membuka kesempatan peserta memahami proses kreatif sang sutradara, sekaligus mengajak mereka memaknai dokumenter sebagai medium reflektif.
Festival juga menampilkan karya sineas lokal Lampung dalam program Landscape Dokumenter, termasuk film Subardjo karya Irwan Wahyudi, yang menyoroti realitas sosial dengan pendekatan visual intim.
Hari Kedua: Kreativitas Kolektif
Hari kedua dibuka dengan tur edukatif di Kebun Raya ITERA dan mini games interaktif, memberi inspirasi kreatif dan ruang bagi interaksi sosial. Peserta kemudian kembali ke sesi produksi untuk praktik film pendek, proses editing, dan presentasi karya. Masukan langsung dari panitia dan narasumber membuat pengalaman belajar semakin nyata, sementara sesi dokumentasi bersama menutup rangkaian dengan hangat.

(Dokumentasi tue edukatif di Kebun Raya ITERA)
“Melalui Cinema Camp, kami ingin membuka ruang bagi generasi muda Lampung untuk berkreasi, belajar, dan membangun jejaring kreatif yang berkelanjutan.” – Miftahuddin, Program Director Tanah Lado Festival 2025
Dengan tema “Daur Baur”, festival ini menumbuhkan ekosistem film dokumenter di
Lampung, mempertemukan sineas muda, pelajar, dan komunitas kreatif. Selain Cinema Camp, Tanah Lado Festival 2025 juga menggelar kompetisi film dokumenter nasional, dengan puncak acara pada 15 November 2025 di Dewan Kesenian Lampung, menampilkan screening finalis sekaligus malam penganugerahan film dokumenter terbaik.
Menuju Puncak Festival
Cinema Camp menjadi pemanasan menuju Kompetisi Film Dokumenter Nasional Tanah Lado Festival 2025 bertema “Daur Baur”. Kompetisi ini terbuka untuk pelajar SMA/SMK sederajat, mahasiswa, hingga umum, dengan pendaftaran gratis melalui bit.ly/TanahLadoFest2025.
📌 Timeline Kompetisi
- Pendaftaran & pengumpulan film: 31 Agustus – 1 November 2025
- Screening & awarding: 15 November 2025 di Dewan Kesenian Lampung
Dengan dua hari penuh pengalaman, Tanah Lado Cinema Camp 2025 menghadirkan lebih dari sekadar ruang belajar. Ia menjadi tempat pertemuan budaya, inspirasi, dan persaudaraan yang memperkuat posisi Lampung sebagai rumah bagi dokumenter dan sineas muda kreatif.
(HUMAS/Program Studi DKV)