
Mudik bukan sekadar perjalanan pulang. Ia adalah denyut nadi yang menghubungkan manusia dengan akar tempat mereka berasal, jalinan emosional yang menghidupkan kembali memori masa kecil, serta pertemuan hangat yang menyatukan keluarga yang lama terpisah oleh jarak. Namun, di balik romantisme mudik, ada tantangan besar yang harus dihadapi oleh kota dan wilayah dalam mengelola mobilitas jutaan orang dalam waktu singkat.
Melalui Mimbar Akademik, Fakultas Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan Institut Teknologi Sumatera (FTIK Itera) mengangkat isu mudik dalam diskusi yang berlangsung pada 17 April 2025 di Aula Gedung E, ITERA. Acara ini menjadi wadah untuk memahami lebih dalam bagaimana perencanaan wilayah dan kota dapat berkontribusi menjadikan perjalanan mudik lebih lancar, aman, dan nyaman bagi masyarakat.
Mimbar akademik ini menghadirkan berbagai perspektif dari para akademisi dan praktisi. Dr. Muhammad Zainal Ibad, S.T., M.T., dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, sebagai pemateri yang memaparkan bagaimana lonjakan mobilitas pemudik setiap tahun menciptakan tantangan besar dalam sistem transportasi dan tata kota. Mudik bukan sekadar tradisi tahunan, tetapi juga refleksi dinamika perkotaan dan ketimpangan ekonomi yang memerlukan kebijakan inklusif. Mereka juga menggarisbawahi peran akademisi dalam merumuskan solusi berbasis penelitian untuk mengatasi tantangan infrastruktur dan mobilitas.
Beberapa aspek penting yang didiskusikan antara lain:
- Kemacetan dan Rekayasa Lalu Lintas: pemerintah terus mengembangkan berbagai strategi seperti one way, contra flow, dan kebijakan ganjil-genap guna mengurangi kemacetan yang kerap menghambat perjalanan pemudik.
- Kesiapan Infrastruktur: kapasitas jalan, rest area, dan transportasi umum harus ditingkatkan agar mampu menampung jutaan pemudik dengan lebih baik.
- Urbanisasi dan Ketimpangan Wilayah: mudik bukan hanya soal mobilitas, tetapi juga cerminan kesenjangan antara kota besar dan daerah asal pemudik. Jika pembangunan lebih merata, arus mudik bisa lebih terkendali.
Diskusi ini bukan sekadar analisis teknis, tetapi juga sebuah refleksi tentang bagaimana setiap pemudik membawa harapan dan cerita dalam perjalanan mereka. Setelah mimbar akademik, acara dilanjutkan dengan halal bihalal oleh civitas akademika Fakultas Teknologi Infrastruktur Dan Kewilayahan.

